Pada hari Minggu tanggal 15 November 2020, Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember menyelenggarakan Webinar Teknik Sipil tentang Tantangan dan Strategi Green Building di Bidang Konstruksi Era 4.0. Kegiatan ini berlangsung secara daring melalui aplikasi zoom serta live streaming youtube dan dihadiri oleh lebih dari 110 peserta. Peserta terdiri dari mahasiswa jurusan sipil program studi sarjana dan vokasi angkatan 2017 hingga angkatan 2020 serta beberapa dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember juga terdapat peserta Universitas lainnya.

Sementara itu, Kepala Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember, Dr. Gusfan Halik, S.T., M.T., yang turut hadir pada acara tersebut menyampaikan bahwa diadakannya webinar ini bertujuan agar mahasiswa dapat belajar mengenai penerapan Green Building yang sudah terlaksana seperti contohnya di Bandar Udara Banyuwangi. Beliau juga menyampaikan bahwa saat ini mahasiswa dituntut untuk merdeka belajar yang artinya mahasiswa diberikan hak untuk mempelajari hal diluar program studi yang diambil dengan tujuan agar mahasiswa lebih dekat dengan dunia kerja yang nyata.

Danang Hartanto, S.T, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman Kabupaten Banyuwangi

Dalam kuliah tamu kali ini dibawakan oleh narasumber ahli yaitu, Danang Hartanto, S.T, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman Kabupaten Banyuwangi. Acara ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa dalam penerapan Green Building karena selama ini mahasiswa hanya mengenal teori saja dari pembelajaran di kampus.

Beliau menjelaskan mengenai latar belakang Green Building yang berasal dari isu perubahan lingkungan dan pemanasan global sehingga setiap negara dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki komitmen untuk membatasi atau mengurangi emisi gas rumah kaca. Kemudian para praktisi di bidang arsitektur bangunan dan lingkungan binaan mencetuskan Green Building yang mengedepankan konsep Arsitektur Hijau (Green Architecture). Bangunan gedung hijau adalah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya melalui prinsip bangunan gedung hujau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan penyelenggaraannya.

Bapak Danang Hartanto menjelaskan bahwa pada awalnya Bandar Udara Banyuwangi hanya melayani 2 kali penerbangan dalam satu hari dengan kapasitas 60 penumpang dan panjang runway 1800 meter. Saat ini, Bandara sudah berkembang dan mempunyai panjang runway sepanjang 2500 meter. Jumlah penerbangan yang dilakukan perhari yaitu 1 kali penerbangan Banyuwangi-Denpasar, 2 kali penerbangan Banyuwangi-Surabaya, dan 3 kali penerbangan Banyuwangi-Jakarta. Selain itu, beliau menceritakan mengenai Bandar Udara Banyuwangi yang dibangun dengan konsep Green Building oleh Andramatin, seorang arsitek terkenal kelahiran Bandung. Andramatin membuat konsep pendekatan Green Airport dengan 5 aspek yaitu, pemanfaatan konsep bangunan tropis sesuai iklim Indonesia, pemanfaatan faktor/energi alam untuk penghematan energi, pemanfaatan sumber daya lokal & material ramah lingkungan, pemanfaatan vegetasi untuk meredam panas sinar matahari, dan pengelolaan limbah untuk konservasi sumber daya. Bangunan terminal bandara diadopsi dari konsep atap rumah osing, rumah tradisional khas Banyuwangi untuk menonjolkan identitas lokal. Pengaturan pencahayaan juga dilakukan sebagai upaya penghematan energi dengan memaksimalkan penggunaan cahaya alami.

Peserta webinar sangat antusias mengikuti webinar karena topiknya sangat menarik. Tak sedikit peserta yang mengajukan pertanyaan untuk mempelajari lebih dalam mengenai Konsep Green Bandar Udara Banyuwangi ini. Meskipun pandemi masih berlangsung, tidak menyurutkan semangat belajar dari para peserta untuk menambah wawasan di bidang ketekniksipilan.