Pada 9 Oktober 2024, Program Studi Teknik Sipil Universitas Jember mengadakan kuliah pakar bertajuk “Disaster Risk Management in Japan and Relevance with East Java Province” di Gedung Soedjarwo, Universitas Jember. Kegiatan ini menghadirkan Mizan B. F. Bisri, M.Sc., M.A., Ph.D., pakar kebencanaan dari Kobe University, Jepang, yang berbagi wawasan penting mengenai mitigasi risiko bencana dan penerapannya bagi Provinsi Jawa Timur.

Dr. Mizan B. F. Bisri memiliki latar belakang akademik yang sangat mendalam di bidang manajemen risiko bencana. Ia meraih gelar Master of Science (M.Sc.) dalam bidang Teknik Sipil dan gelar Master of Arts (M.A.) dalam Kebijakan Publik dari universitas ternama di Jepang. Gelar doktoralnya diperoleh dari Kobe University dengan fokus penelitian di bidang Manajemen Risiko Bencana. Sebagai peneliti, Dr. Mizan aktif berkontribusi dalam berbagai proyek penelitian internasional yang berkaitan dengan mitigasi risiko bencana dan perubahan iklim, khususnya di kawasan Asia. Karya ilmiahnya banyak dipublikasikan dan dijadikan rujukan penting dalam pengembangan kebijakan mitigasi bencana di Jepang.

Dalam kuliah pakar ini, Dr. Mizan memaparkan berbagai strategi mitigasi bencana yang diterapkan di Jepang. Negara tersebut, yang sering mengalami bencana seperti gempa bumi, tsunami, dan badai, memiliki sistem mitigasi yang sangat kuat dan terintegrasi. Kebijakan ini melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum untuk bersama-sama mengurangi dampak dari bencana besar dan menjaga stabilitas wilayahnya. Dr. Mizan juga menekankan pentingnya pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam menghadapi risiko bencana, pendekatan yang dapat diadaptasi oleh Jawa Timur yang memiliki karakteristik geografis rawan bencana.

Topik utama yang dibahas dalam kuliah ini mencakup dampak perubahan iklim yang meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam. Climate change atau perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil. Perubahan iklim memperbesar risiko bencana seperti banjir, longsor, dan badai, yang kini kian sering terjadi secara global. Dr. Mizan menekankan bahwa pendekatan mitigasi di Jepang dapat menjadi inspirasi bagi Jawa Timur, khususnya dalam membangun infrastruktur yang lebih tahan bencana, sistem peringatan dini yang efektif, serta mengedukasi masyarakat untuk lebih siap menghadapi bencana.

Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh ratusan mahasiswa Teknik Sipil yang ingin memahami lebih dalam tentang penanganan risiko bencana secara komprehensif. Mereka mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana model mitigasi Jepang yang komprehensif dapat membantu mengurangi dampak bencana. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan terkait penerapan konkret model mitigasi Jepang dalam konteks Indonesia, yang menjadi diskusi menarik dalam sesi tanya jawab.

Diharapkan bahwa kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mahasiswa tetapi juga membuka peluang kolaborasi lebih lanjut antara Universitas Jember dan Kobe University dalam bidang penelitian kebencanaan. Dengan meningkatnya risiko bencana akibat perubahan iklim, wawasan dari Jepang ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk pengembangan kebijakan lokal yang lebih adaptif dan responsif di Jawa Timur.