Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember yaitu Rama Bimantara dan Satriawan Hedrianto dengan nama tim “Logawa Jaya” berhasil menjadi finalis dalam perlombaan Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia 2021 yang terlaksana pada tanggal 2 November 2021. Kompetisi ini sendiri  merupakan kompetisi model jembatan dengan menggunakan baja. Dalam proses penyisihan, partisipan diminta untuk merancang dan mendesain sebuah proposal jembatan dengan bahan baja yang nantinya dikirimkan kepada panitia yang bertugas. Setelah itu, proposal akan dinilai oleh juri-juri dari seluruh universitas yang kemudian didapatkan delapan tim menuju final dimana salah satunya adalah Tim Logawa Jaya. Kemudian, pada salah satu babak final partisipan diminta untuk membuat model jembatan tersebut dan diuji dengan diberi beban.

Satriawan mengatakan, motivasi mereka untuk mengikuti kompetisi ini adalah untuk mengisi waktu dengan hal positif dan meningkatkan potensi yang ada. Ia juga menambahkan bahwasannya setiap manusia mempunyai kesempatan yang sama hanya pribadinya saja yang membedakan. Belajar dan berusaha tidak boleh dihentikan oleh segala keterbatasan diri dan situasi. Manfaatkan semua peluang yang ada dan tingkatkan diri dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun juga. Hal itu yang kemudian memacu semangat mereka untuk sampai hingga babak final kompetisi ini.

Terkait kompetisi yang diikuti, Rama dan Satriawan mengatakan terdapat beberapa kesulitan yang mereka temui saat mempersiapkannya diantaranya yaitu, sistem kompetisi yang menggunakan online system hanya menggunakan proposal untuk sistem penyisihannya. Dengan dilaksankaannya sistem online cukup menjadi hal yang baru untuk mereka sehingga memerlukan adaptasi untuk pengerjaan bersama karena setiap anggota partisipan tidak selalu berasal dari satu kota yang sama sehingga perlu adanya effort dalam mengikuti lomba tersebut dan terlebih juga lomba ini dilaksanakan pada masa Kuliah Kerja Nyata (KKN), bagi mahasiswa yang melaksanakannya akan menjadi lebih susah karena kompetisi dilaksanakan secara offline di Jakarta yaitu Politeknik Negeri Jakarta. Rama dan Satriawan menambahkan, bahwa mereka mengalami cukup kesulitan dalam membagi waktu hal ini karena dalam mempersiapkan kebutuhan lomba, ada beberapa halangan, yaitu bertabrakan dengan adanya KKN dan liburan semester. Setelah dinyatakan lolos final, mereka harus segera menyiapkan alat dan bahan untuk membuat model jembatan yang akan dibawa ke Politeknik Negeri Jakarta.

Namun, diantara kesulitan-kesulitan itu mereka mengatakan banyak pelajaran dan pengalaman yang mereka dapatkan saat mengikuti lomba tersebut, terutama cara berfikir kritis untuk mendapatkan solusi dari pertanyaan yang ada dan tentunya hal itu belum tentu didapatkan di perkuliahan.  Satriawan mengatakan, “Gunakan kesempatan dan peluang yang ada dengan bijak karena tidak selamanya kita dapat mendapatkan kesempatan dan peluang yang sama untuk kedua kalinya. Perubahan mekanisme bukan merupakan kemauan setiap kita, tetapi disitulah kita dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perubahan. Nikmati setiap proses yang ada karena menurut kami kesulitan atau kendala tersebut itulah tempat orang hebat ditempa dan dicetak”