Salah satu dosen Jurusan Teknik Sipil – UNEJ Dr. Ir. Gusfan Halik, ST., MT., IPM., PU-SDA, diundang menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional PII dengan tema  “Peran PII dalam Meningkatkan Kesiapsiagaan di Kawasan Rawan Bencana  Sebagai Dampak Perubahan Iklim. Adapun topik yang dipaparkan adalah Dampak Perubahan Iklim Terhadap Bencana Kekeringan.

Skenario Perubahan Iklim Global

Dalam paparannya, Dr. Gusfan Halik menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan temperatur historis selama 100 tahun (1900-2010). Bahkan, IPCC memprediksi akan terus terjadi kenaikan temperatur dimasa mendatang. IPCC-AR5 (2013) merelease skenario kenaikan rerata temperatur sampai tahun 2100, yaitu :  RCP 4,5 (naik 1.8oC) ; RCP 6.0 (naik 2.2oC) dan  RCP 8.5 (naik 3.7oC).

Kenaikan temperatur ini akan berdampak terhadap perubahan pola curah hujan di masa mendatang. Dr. Gusfan mengembangkan model hybrid (Wavelet Neural Networks – WNN) untuk memprediksi hujan bulanan dari luaran model iklim (GCM-CSIRO Mk. 3.6). Hasil penelitian menunjukkan pola hukan memiliki kesesuaian antara luaran model dengan hujan observasinya.

Selanjutnya, prediksi debit aliran dimodelkan menggunakan model hidrologi terdistribusi SWAT. Hasil luaran model SWAT memiliki keandalan yang sangat baik (rerata NSE = 0,78). Luaran debit aliran ini dipakai sebagai input dalam melakukan asesmen bencana kekeringan hidrologis (SRI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario perubahan iklim yang diindikasikan dengan peningkatan temperatur dan konsentrasi gas CO2 (RCP 4.5 ; RCP 6.0 ; RCP 8.5) di atmosfer akan meningkatkan intensitas bencana kekeringan di masa mendatang.

Oleh karena itu, diperlukan strategi mitigasi dampak perubahan iklim dalam megantisipasi bencana kekeringan sehingga ketahanan air dan pangan dapat dijamin.  Beberapa upaya secara struktural (seperti pembangunan waduk, embung dan bangunan air lainnya) dan upaya non struktural (gerakan menabung air, seperti menaman pohon dan reboisasi) dapat dilakukan dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim. Disamping itu, diperlukan gerakan aksi nasional pengurangan emisi gas rumah kaca diberbagai sektor, seperti sektor : transportasi, energi, pertanian, kehutanan dan lainnya.