Sabtu, 14 Maret 2020, hari yang tidak akan mudah dilupakan bagi beberapa mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember. M. Fikri Nur Hidayat, M. Rafli Antono Rusdi, dan M. Septian Dwi Wirawan yang tergabung dalam tim Entah Apa yang Merasukimu, pada hari itu berhasil meraih Juara 2 serta Best Realistic Design dalam lomba rancang dan uji jembatan balsa yang diadakan oleh Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung (Unnisula).
Lomba Rancang dan Uji Jembatan Balsa ini merupakan salah satu rangkaian acara Pekan Satu atau Pekan Solidaritas Anak Teknik Universitas Islam Sultan Agung. Sejumlah empat puluh dua (42) tim ikut bersaing untuk meraih posisi tertinggi. Diawali dengan tahap penyisihan, dimana para peserta diminta untuk membuat prototipe jembatan berbahan kayu balsa dan direkatkan hanya dengan lem G di rumah masing-masing. Dari sekian jembatan yang diuji oleh panitia, hanya sepuluh (10) tim terbaik yang lolos menuju final.
Pada tahap final, peserta dipersilahkan untuk membuat prototipe jembatan balsa di lokasi lomba. Sebelumnya, peserta diminta untuk menyusun proposal mengenai jembatan yang akan dibuat pada saat final. Setelah waktu habis, peserta dapat mempresentasikan jembatan yang telah dibuat, dan akhirnya jembatan tersebut akan diuji oleh para juri.
Tim Entah Apa yang Merasukimu membuat jembatan yang berfokus pada penguatan struktur di titik-titik yang akan diujikan, yaitu pada titik tengah, 4 cm sebelah kiri, dan 6 cm sebelah kanan jembatan. Meski demikian, jembatan tersebut masih simetris, sehingga apabila diuji dengan beban merata tidak akan kalah kuat dibandingkan dengan beban terpusat. Jembatan ini juga merupakan jembatan paling ringan dari seluruh jembatan yang dibuat pada final, dengan berat sebesar 15.49 gram. Berat yang dapat ditahan sebesar 24.58 kg pada titik 4 cm dari tengah jembatan, dimana efisiensi berada di posisi 2.
“Inilah yang menjadi salah satu faktor utama kami dalam usaha meraih juara. Bahkan, kami juga mendapatkan penghargaan dalam kategori Best Realistic Design, mengingat desain jembatan kami yang simetris sehingga dapat diaplikasikan di lapangan,” ujar Septian, salah satu anggota tim, setelah menyampaikan kelebihan jembatan yang dibuat.
“Jujur, pada awalnya kami tidak percaya diri, sebab pada saat itu kami baru menempuh kuliah selama dua (2) semester, dan masih belum tahu banyak mengenai ilmu perhitungan struktur jembatan dan pembuatan jembatan. Namun, dengan bantuan dan dukungan dari banyak pihak serta niat yang kuat, kami berusaha sekuat tenaga dan berharap mendapat hasil yang maksimal,” tambahnya.
Pada akhirnya, usaha maksimal tersebut mendapat balasan hasil yang memuaskan. Septian, mewakili tim juga menyampaikan bahwa dengan pencapaian tersebut, mereka merasa sangat senang dan semakin percaya diri. Mereka juga semakin terpacu untuk terus mengikuti lomba-lomba sejenisnya. Mereka berharap bahwa rekan-rekan mahasiswa baru tidak merasa pesimis dan kehilangan percaya diri sebelum benar-benar melakukan sesuatu.