Konsultan, Kepala Sekolah Tinggi Teknik Bandung, Ketua Gapensi, Menteri Perhubungan, adalah sedikit dari sekian banyak karier yang pernah dilaksanakan oleh beliau yang kini dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia, Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo.

Lahir di Madiun pada tanggal 2 Agustus 1908, anak dari pasangan Raden Roostamadji Soemodiwiryo dan Raden Rara Endran Soemodilogo ini memulai pendidikannya pada sekolah dasar di Ngawi, dan dilanjutkan dengan bersekolah di Madiun dan Yogyakarta hingga lulus tingkat sekolah menengah atas.

Tahun 1928, beliau melanjutkan studinya di Technise Hoogeschool te Bandoeng yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung dan menjadi satu satunya pribumi yang lulus dengan predikat summa cum laude pada tahun 1932. Untuk beberapa tahun setelah kelulusannya, Ir. Roosseno menjadi asisten untuk mata kuliah geodesi. Majalah De ingenieur in Ned Indie –media cetak berisi tulisan-tulisan mengenai teknik, ilmu seputar bangunan dan yang berkaitan dengan arsitektur, merilis tulisan Roosseno mengenai teori syarat tekuk pada bulan November tahun 1937.

Tanggal 1 April 1944, Ir. Roosseno diangkat menjadi ­Kyodju atau guru besar dalam ilmu beton dan mekanika di Bandung Kogyo Daigaku. Setelah merdeka, perguruan tinggi teknik tersebut dibuka kembali dengan nama Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung) dalam pimpinan Prof. Ir. Roosseno.

Jejak kariernya dalam dunia pendidikan terus berlanjut dengan menjadi guru besar luar biasa konstruksi beton bertulang di Faculteit van Technische Wetenschap Universiteit van Indonesia te Bandoeng (menjadi Institut Teknologi Bandung pada 1959).

Perannya dalam dunia politik juga tidak kalah penting. Bergabung dengan Pantai Indonesia Raya pada tahun 1950-an, serta tiga (3) kali menjabat sebagai menteri; Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perhubungan, serta Menteri Perekonomian.

Beberapa kegiatan lain yang dilakukan oleh Ir. Roosseno antara lain; menjadi anggota International Association for Bridge and Structural Engineering Zurich (IBSE), anggota Federation International de Precontreinte (FIP), Ketua Gabungan Pelaksana Nasional Seluruh Indonesia (Gapensi), Direktur Biro Oktrooi Patent Roosseno, Direktur Freyssinet Indonesia Ltd, Ketua Tim Rehabilitasi Borobudur, dan lain sebagainya.

Jembatan plataran Monas berukuran 45 x 45 meter, jembatan Semanggi di Jakarta bentang 50 meter, gedung Sarinah, Stadion Ganefo, serta rehabilitasi dan pemugaran Candi Borobudur dengan pembongkaran dua juta batu dan arca, menjadi sedikit diantara sekian banyak proyek pembangunan yang melibatkan Ir. Roosseno.

Satya Lencana dianugerahkan kepada beliau atas kontribusinya dalam pembangunan Kompleks Asian Games Gelora Bung Karno di Senayan. Gelar Doktor Honoris Causa dan Bintang Mahapura juga diterima beliau pada tahun 1977 dan 1984.

Satu artikel singkat tentu saja tidak dapat mencakup seluruh prestasi dan kontribusi Ir. Roosseno baik dalam bidang pendidikan, politik, maupun pembangunan Indonesia. Untuk itu, sudah ada banyak buku biografi mengenai beliau yang telah beredar di pasaran. Selamat membaca!