Smog Free Tower di Beijing, China

ALGHATS18 – Polusi udara kian menjadi masalah genting yang sulit untuk dipecahkan.  WHO (World Health Organization) telah menyatakan bahwa polusi membunuh 9 juta orang setiap tahunnya dan dapat mengurangi harapan hidup manusia selama kurang lebih 2 tahun. Jakarta per 3 Juni 2021 memiliki nilai AQI (Air Quality Index) pada kisaran 150 dengan polutan utama PM2.5, atau 4 kali lipat di atas rekomendasi paparan dari WHO.

Berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi polusi udara, salah satunya dengan menggunakan suatu bangunan dan desain infrastruktur. Smog Free Tower di Beijing, China, contohnya.

Manuel Gea González di Meksiko

 Air purifier raksasa ini memiliki tinggi sekitar 7 meter, 45 piringan silver pada eksteriornya, serta menghisap cukup banyak asap untuk menghasilkan sejumlah synthetic cubes setiap harinya. Beberapa minggu setelah menara ini dioperasikan, menteri perlindungan lingkungan China mengumumkan keefektifan menara ini. Area di sekitar menara memiliki kejernihan udara kurang lebih 55% dibandingkan dengan sebelum dibangunnya Smog Free Tower tersebut. 30 juta m3 udara telah dibersihkan dalam kurun waktu 6 minggu.

Bangunan pemakan asap lainnya adalah Rumah Sakit Manuel Gea González di Meksiko. Dilengkapi dengan fasad yang dilapisi dengan Titanium Dioksida (TiO2), atau katalis yang dapat memecah polutan menjadi senyawa yang kurang berbahaya. Fasad ini menutupi lebih dari 2500 m2 dan dinyatakan oleh perancang bahwa dapat menetralkan efek polutan lebih dari 1000 mobil setiap harinya.

Palazzo Italia

Lain halnya dengan Palazzo Italia, yang menjadi centrepiece pada Milan Expo tahun 2015 lalu. Fasad pada bangunan enam (6) lantai ini menggunakan dua ribu (2000) ton semen i.active BIODYNAMIC untuk membangun lebih dari 700 panel.

Photocatalytic Titanium Dioxide atau Fotokatalis Titanium Dioksida yang ada di dalam semen dapat bereaksi dengan udara untuk menetralisir polutan, sama seperti yang ada pada fasad Rumah Sakit Manuel Gea González di Meksiko. Biaya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk material smog-eating ini adalah sebesar 4 hingga 5% dari keseluruhan biaya konstruksi.

Palazzo Italia

Belanda telah mencoba menggunakan Tiocem atau semen fotokalis dan mendapatkan hasil bahwa polutan telah berkurang 19 hingga 45% setiap harinya. Chicago juga menerapkan perkerasan ini pada pedestrian dan jalur sepeda.

Dari sekian banyak inovasi smog-eating buildings, hasil yang maksimal hanya bisa didapatkan ketika inovasi tersebut dilaksanakan secara menyeluruh. Pembangunan infrastruktur atau teknologi dengan jumlah yang sesuai diperlukan untuk benar-benar menetralisir polutan yang telah terkumpul.

Sumber:

Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta dan Polusi Udara Indonesia | AirVisual (iqair.com)

What are “Smog-Eating” Buildings? (theb1m.com)

How the world’s biggest cities are fighting smog – BBC Future

Smog-Sucking, Carbon-Crushing Air Purifier Opens in Beijing | Digital Trends